5 Cm

Kalo emang bukan karna udah lama penasaran sama ini novel dari dulu, dan walopun baru kesempetan bisa baca sekarang karna ternyata Nindy punya ini buku, gue ngga akan tau, gimana luasnya pemikiran, harapan, dan akal sehat manusia dalam berimajinasi.
Semua bermula dari sebuah harapan dan mimpi.
Begitu gue baca halaman pertama, gue tau gue ngga bakal lepasin mata gue dari tulisan-tulisan di buku ini sampe halaman terahir. Cuma dengan sehari semalem, gue sukses namatin buku ini, dan tentu aja, dengan hal yang membuat gue cukup puas dan terkesima dengan endingnya yang bikin tersenyum.
Setelahnyapun, gue masih bisa debat sama Nindy soal fiksi dan nonfiksi, imajinasi, realitas dan kehidupan yang lagi kita jalanin. Cuma gara-gara curhat semaleman soal perasaan Nindy yang lagi dilema dan stuck antara mantannya yang udah lama ngga bisa dia lupain, dan cowonya sekarang yang ngga bisa bikin dia nyaman.
Karna udah kebiasaan hobi debat, diantara semua anak dyseruputin (nama gank kita dari SMA), gue sama Nindy yang paling sering curhat soal rumitnya perasaan cewe, kemisteriusan perasaan cowo, pola pikir kita berdua dan para cowo itu, juga imajinasi-imajinasi kita soal mereka.
Persis kaya lima anak muda di cerita itu. Kita selalu memperdebatkan suatu hal yang ngga penting jadi penting, dan penting jadi geje. Hahaa. Dan malam itu, gue sadar betapa besarnya pengaruh sebuah karya anak manusia untuk dapat mempengaruhi manusia lainnya dalam bertindak dan berpikir. Sering ngga sih kalian ngalamin itu, setelah kalian baca komik yang bikin semangat, film yang bikin kesan mendalam, musik dan lagu yang bisa bikin kita emosi, novel yang lewat tulisan-tulisannya bikin kita jadi lebih kaya akan berpikir. Lalu tanpa kita sadari, semua itu mempengaruhi pola pikir dan emosionalitas kita dalam bertindak untuk kedepannya?
Gue sering banget ngalamin itu.
Terakhir, berkat 5 cm. gue makin yakin, hidup ini ngga sepenuhnya ada di tangan kita. Ngga ada yang tau, gimana ahir sebuah usaha sampai kita selesai berjuang. Ngga ada yang tau, siapa aja orang-orang yang akan ada disisi kita di akhir waktu kita nanti. Ngga ada yang tau mimpi ini bisa terwujud sebelum kita merealisasikannya. Semua masih misteri. Dan sampai semua itu jelas dan terlihat, gue cuma ngerasa, jangan berhenti untuk berjuang dan bermimpi. Jangan mengalah pada keadaan yang jelas-jelas kita lebih kuat buat bisa mengontrolnya. Jangan pernah menganggap ini ahir dari segalanya hanya karna kita pernah gagal. Jangan merasa kesepian, hanya karna orang yang kita sayang memilih untuk tidak bersama kita. Dan jangan pernah melupakan bahwa semua inti kehidupan ini ada berkat kuasa-Nya.
Satu kalimat yang gue kutip dari buku ini, yang bikin gue merinding tiap gue mengingatnya,
“Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh di sini, di depan kening kamu… jangan menempel. Biarkan… dia menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu…
Jadi, dia ngga akan pernah lepas dari mata kamu.”
Gue adalah orang yang idealis. Gue akuin gue penganut idealism. Sampai-sampai gue sering maksain pemikiran idealis gue ke orang-orang terdeket gue. Dan karna itu, gue sering kecewa karena harus nemuin kenyataan yang ngga seperti gue harapkan dari mereka terhadap gue.
Tapi kadang, keidealisan gue terbayar kalo gue lagi benar-beanar menginginkan sesuatu dan ahirnya itu bisa terwujud. Akhirnya, sampe semua itu belom kepegang, gue akan menggantung semuanya 5 cm di depan kening gue.
Artinya, gue harus bisa ngalahin semua rasa putus asa dan keterpurukan karna kegagalan yang pernah gue alamin, untuk meraih hidup yang lebih baik demi mimpi-mimpi gue.
Sampai semua itu terwujud, gue ngga bakalan nyerah. Sampai itu terwujud…
(terinspirasi berkat Donny Dhirgantoro dan novelnya yang memukau “5 cm”)
Komentar
Posting Komentar