Suicide Desire
Akhir-akhir ini, aku sering tidur cepat. Aku selalu ingin terus-terusan memejamkan mata, dan tidak mau bangun lagi. Kalau aku tidur, aku tidak perlu memikirkan hal-hal yang aku rasa tidak penting itu. Aku tidak perlu memikirkan orang itu lagi. Orang yang bahkan memikirkanku saja tidak. Aku tidak perlu terus-terusan menjaga handphoneku, menyalakannya setiap kali aku pikir mungkin ada pesan darinya yang tidak mungkin datang. Membuka pesan yang datang dan sebelum aku baca, aku sedikit berharap itu dari dia. Kalau aku tidur terus, aku tidak perlu repot-repot merasa kesepian setiap kali aku mendengar namanya disebut. Aku juga tidak akan bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengannya dan membicarakan tentang dirinya. Aku hanya cukup memejamkan mata dan melupakan semuanya. Bahkan ketika aku terbangun keesokan harinya, rasanya aku masih memaksakan mata ini terus terpejam walau kantukku sudah hilang. Aku selalu berharap, ingatanku akan dirinya terus tertidur dan tidak akan terbangun lagi walau aku membuka mata. Aku bahkan bisa memaksakan diri untuk sibuk melakukan apapun asalkan tidak memberi celah untuk otak dan hatiku agar tidak mengingatnya.
Sebegininyakah…?
Sebenarnya, tiap kali mendengar namanya, otakku seakan otomatis tidak berfungsi dan enggan memberi perintah pada bagian tubuh lain untuk bergerak. Aku hanya bisa menatap satu titik dimana semua hal tentangnya tiba-tiba berputar dikepalaku tanpa dikomando. Dan saat wajahnya yang tersenyum muncul, perutku bisa tiba-tiba mual. seperti dipukul berkali-kali. Rasanya sesak sampai ke ulu hati. Tapi aku tidak pernah menangis. Aku tidak akan pernah membiarkan mataku mengeluarkan air mata lagi setetespun hanya karna hal sepele ini. Ya… aku harus memulainya dengan menganggapnya sebagai hal sepele yang tidak lagi penting. Walau aku tau, aku bisa saja membunuhnya atau bahkan membunuh diriku sendiri kalau melihatnya tersenyum didepanku…
Sebegininyakah…?
Sebenarnya, tiap kali mendengar namanya, otakku seakan otomatis tidak berfungsi dan enggan memberi perintah pada bagian tubuh lain untuk bergerak. Aku hanya bisa menatap satu titik dimana semua hal tentangnya tiba-tiba berputar dikepalaku tanpa dikomando. Dan saat wajahnya yang tersenyum muncul, perutku bisa tiba-tiba mual. seperti dipukul berkali-kali. Rasanya sesak sampai ke ulu hati. Tapi aku tidak pernah menangis. Aku tidak akan pernah membiarkan mataku mengeluarkan air mata lagi setetespun hanya karna hal sepele ini. Ya… aku harus memulainya dengan menganggapnya sebagai hal sepele yang tidak lagi penting. Walau aku tau, aku bisa saja membunuhnya atau bahkan membunuh diriku sendiri kalau melihatnya tersenyum didepanku…
Komentar
Posting Komentar